Jumat, 19 Oktober 2012
Refleksi Milad IMM ke 46: Semakin bertambah Usia, jangan lupakan Nilai Fundamental !!!
46 tahun, bukanlah waktu yang cukup singkat bagi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ciputat untuk berkiprah dan berjuang menebarkan benih-benih positif dalam lingkungan sosial masyarakat. Tentunya tugas utama kita sebagai generasi muda adalah tetap menjaga citra baik ikatan dan mempertahankan eksistensi kita dimata masyarakat luas. Sebagai kader, kita patut bersyukur hingga dewasa ini IMM masih dipercaya dan diterima baik dikalangan masyarakat dalam persaingan sehat dengan organisasi ekstra lainnya.
Jika diibaratkan padi, semakin berisi maka ia akan merunduk, sama halnya dengan organisasi yang menaungi kita. Ketika usia semakin bertambah, maka harus semakin meningkatkan kualitas dan pengembangan pada diri kader baik disegala aspek tanpa melupakan asas fundamental sebuah organisasi. Perlu diingat, bahwa prinsip bersifat statis, tidak akan pernah berubah namun kreasi yang harusnya semakin berkembang seiring pertumbuhan kader dan karakter lingkungan.
Berdasarkan sumber dari salah satu senior IMM Ciputat dan pengamatan kami, maka penulis bisa menyimpulkan bahwa memang ada kultur IMM yang berubah era sekarang dengan yang dulu. Terlihat jelas, ada satu hal vital yang harus diperhatikan dari kader IMM Ciputat yakni nilai religiusitas sedikit terkikis dan berkurang. Entah mengapa sebagian kader lebih menyukai kajian teoritis daripada pengajian rohani, antusias mereka pun terbilang kecil terhadap implementasi wujud nilai religi, bahkan mereka lebih tertarik untuk melakukan aksi pergerakan yang kian marak saat ini.
Penulis sedikit mengutip kalimat dari kanda Jihadul Mubarok (Ketua Umum DPP IMM), bahwa adanya turunan gerakan praksis harus lebih dikembangkan oleh kader ikatan khusunya, namun tentunya arah pergerakan yang dilakukan harus sesuai dengan norma kesusilaan yang berlaku. Melihat realita yang kita hadapi saat ini, kalau mencoba membandingkan bentuk praksis yang dilakukan mahasiswa sekarang dan tempo lalu memang jauh berbeda. Kalau pada saat itu mahasiswa secara murni memperjuangkan hak-hak rakyat dan melawan ketidak adilan di negeri ini, tanpa ada unsur politik yang menunggangi mereka, sehingga Mahasiswa terkenal memiliki sifat independensi yang kental dan terkenal dengan sebutan Agent Of Change.
Mari kita coba mengamati peristiwa kenaikan harga BBM yang dimulai pada awal April lalu, banyak menuai protes dari kalangan Mahasiswa dan mereka menggalang massa untuk aksi besar-besaran untuk menolak kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Pada umumnya seperti yang kita ketahui aksi protes yang dilakukan mahasiswa cenderung tidak produktif dan tidak menggunakan intelektualitasnya didalam menyikapi berbagai kebijakan pemerintah, diantara mereka banyak melakukan aksi-aksi pengrusakan fasilitas umum yang akan merugikan masyarakat, seperti menyegel SPBU, memblokir jalan, merusak lampu trafic Light dan lain sebagainya yang sebagai kaum akademis tidak sepantasnya untuk dilakukan. Alhasil,tak jarang kita menemui di setiap aksi mahasiswa akan berbuah bentrokan dengan aparat keamanan. Yang terjadi kemudian adalah mahasiswa menyalahkan aparat yang cenderung “resesif”, sementara aparat menyalahkan mahasiswa yang cenderung “anarkis”.
Memang kejadian brutal mahasiswa disaat melakukan aksi sangat disayangkan, sebagai kalangan yang setiap harinya berkecimpung di dunia akademis seharusnya menyelesaikan masalah dengan kepala dingin dan terlebih lagi harus lebih meneliti dan kritis didalam menyikapi setiap kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah, yang terjadi selama ini mayoritas dari peserta aksi tidak mengetahui esensi dan urgensi yang harus diperjuangkan. Padahal, hal tersebut yang menjadi dasar kita melaksanakan aksi.
Melihat kenyataan yang ada, telah terjadi sedikit perbedaan antara tertangkapnya aktivis mahasiswa di era lalu dengan era sekarang. Di era yang lalu (66 dan 98), aktivis mahasiswa ditangkap dan dipenjara karena “ideologis dan pemikiran” mereka yang berseberangan dengan pemerintah. Sehingga di masa tersebut mahasiswa dianggap sebagai Agent Of Change dan kental nuansa Independen. Pada era tersebut, mahasiswa berhasil meraih simpati masyarakat.
Ironisnya, di era sekarang aktivis mahasiswa ditangkap karena tindakan mereka yang cenderung membuat kerusakan dan mengganggu ketertiban umum, sehingga banyak masyarakat yang menilainya sebagai tindakan anarkis. Aktivis mahasiswa dipandang sinis oleh sebagian besar masyarakat, karena lebih kental aroma “politis” dibandingkan “sifat kritis”. Bahkan dibeberapa elemen gerakan mahasiswa telah “ditunggangi” oleh kepentingan politisi, untuk menyerang lawan-lawan politiknya.
Walhasil, sampai detik ini reputasi IMM terjaga dari kontaminasi isu-isu buruk masyarakat dan tetap konsisten dengan gerakan dakwah kultural yang bertendensi pada sisi intelektualitasnya.
Kader IMM harus kembali ke jati dirinya.
Sebagai insan akademis haruslah memiliki intelektualitas pada dirinya, hal inilah yang menjadi cermin bahwa mahasiswa itu sebagai akademisi yang memiliki idealis dan intelektualitas yang tinggi serta berbudi luhur, sehingga masyarakat memiliki kepercayaan atas perjuangan mahasiswa yang mengatas namakan rakyat.
Aksi Mahasiswa adalah sebuah amanat dari rakyat kepada mahasiswa sebagai kaum intelektual yang selalu mengkaji dan bergelut dengan ilmu pengetahuan, jangan sampai kepercayaan rakyat kepada mahasiswa pudar karena ulah kita sendiri.
Ingatlah wahai saudaraku aktivis Mahasiswa !!!
Berjuanglah atas nama rakyat karena Allah SWT, jangan sampai perjuangan ini ternodai dengan hasutan atau malah ditunggangi oleh golongan/kelompok tertentu. Sejatinya, IMM tetap mengutamakan ciri khasnya yang telah lama diusung, yakni unggul dalam intelektualitas, anggun dalam moralitas dan progressive dalam ikatan. Dengan demikian makna “intelektualitas” kita secara tidak langsung tersebar dalam tiga elemen basis ikatan. Oleh karena itu kader harus mampu memposisikan dirinya menjadi sosok intelek dalam tradisi keilmuan, intelek dalam sisi religiusitas dan mempunyai spirit lebih untuk peduli lingkungan atau dikatakan intelek dalam menanggapi persoalan humanitas yang ada dalam ranah pergerakan maupun masyarakat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar