Seminggu telah berlalu, SARAH (21) gadis
cantik putri semata wayang pak BURHAN (42) menghabiskan waktu liburannya di
kampung halamannya selepas tamat dari kuliah di luar negri. Pak BURHAN, sosok
pengusaha telur asin terkaya di desanya itu dikenal warga punya sikap yang
santun dan selalu menolong siapapun yang kesusahan. Sayangnya, semenjak
ditinggal mendiang istrinya meninggal beliau lebih memprioritaskan pekerjaan
demi kebutuhan nafkah keluarganya sehingga kurang bisa mendidik putrinya dengan
baik.
Suatu hari, pak BURHAN sengaja mengajak SARAH
jalan-jalan ke pasar tradisional membeli telur dengan alasan supaya kelak SARAH
bisa menggantikan posisi kerjanya di masa tuanya nanti sekaligus mengenalkan
kepada warga sekitar atas kepulangan putrinya itu. Bukan rasa bangga yang
menyelimuti hatinya, namun malu atas perilaku buruk SARAH yang tiada hentinya
mencela orang-orang yang berlalu lalang disekitarnya, bahkan ketika sampai di
kios telur milik RAMA (23), salah satu langganan pak BURHAN, SARAH tetap
menunjukkan sikap buruknya itu. Dia tak henti-hentinya menghina kemiskinan
pemuda ini, RAMA tetap diam saja. Namun ulah SARAH ini sampai memancing amarah
ayahnya. Lantas pak BURHAN menampar pipi SARAH di depan umum, sambil menangis
menahan malu SARAH melempari wajah ayahnya dengan telur dagangan RAMA seraya
berlari pulang menjauh dari keramaian pasar, kemudian pak BURHAN terburu-buru
mengejarnya seraya meminta maaf kepada RAMA dan berjanji kan mengganti
dagangannya yang rusak. Sesampainya dirumah SARAH bertengkar dengan ayahnya dan
menunjukkan kekesalannya itu dengan mengurung diri dikamar beberapa hari.
Minggu pagi SARAH jogging di area
peternakan milik pak lurah bersama kawan-kawannya DITA (21), MITA (21) dan EMIL
(20). Mereka tampak menikmati indahnya suasana pedesaan, tiba-tiba muncul DIAZ
(22) pemuda yang sempat melamar sarah ketika lulus SMA, namun ditolaknya. Kali
ini dia DIAZ mencoba mendekati SARAH, menggoda dan menguasai tubuhnya.
Teman-temannya hanya bisa diam tak berkutik, merasa diperlakukan tidak senonoh SARAH
berontak memukulnya dan mencaci maki nya dengan kata-kata yang pedas dan
meludahi wajahnya hingga membuat DIAZ sakit hati.
Sepulang
jogging, SARAH bungkam mulut dan tidak menceritakan pada siapapun
kejadian tadi pagi, namun diam-diam RAMA yang mencintainya ternyata mengetahui
hal tersebut. Di lain tempat, DIAZ bersama teman-teman geng nya merencanakan
niat jahat untuk mencelakai SARAH. Malam itu, SARAH mengantarkan ayahnya ke
terminal bus, rencananya pak BURHAN akan pergi keluar kota selama satu minggu.
Selepas kepergian ayahnya, SARAH menaiki mobil sekencang-kencangnya melawan
arus hujan deras malam itu, sialnya di tengah jalan rodanya tertancap paku yang
sengaja dipasang oleh kawanan DIAZ. Dengan menodong senjata tajam, SARAH
dipaksa keluar dari mobil oleh geng DIAZ. Segerombolan pemuda ini berusaha merajahi
tubuh SARAH, SARAH meronta di keheningan malam, saat itulah DIAZ muncul sebagai
pahlawan bersikap seolah melindungi SARAH, namun dengan beringasnya DIAZ
bersama gengnya memperkosa SARAH dan meninggalkan-nya sendirian di tepi jalan.
Belum puas dengan kejadian itu, keesokan
harinya DIAZ mendatangi WAK SUNOYO (57) dukun santet ternama untuk menyiksa
bathin SARAH, setelah diberi resep DIAZ segera mencari bahan ramuan, salah
satunya adalah telur ayam. Kebetulan telur di pasar tradisional yang cocok
dengannya adalah telur kios milik RAMA. Dengan agak curiga RAMA mengamati
tingkahnya dan menanyakan hal itu, rupanya DIAZ keceplosan memberitahukan rahasianya
itu. Mendengar kabar santet tersebut RAMA segera mengabari SARAH, namun bukannya
disambut dengan baik, rupanya SARAH bersikukuh menolak informasi RAMA dan
menertawakannya, bahkan sempat menghinanya dan menuduh menyebarkan fitnah.
Dengan berat hati RAMA pun pulang,
seraya hanya bisa mendoakan kondisi SARAH. Selang keesokan harinya kabar santet
itu terbukti, kondisi SARAH pun semakin buruk, luka koreng bercampur nanah
menjalar keseluruh tubuhnya, tubuhnya sakit terasa di tusuk-tusuk, bahkan dia
hanya bisa berbaring lemah di ranjang. Kabar inipun terdengar oleh pak BURHAN,
beliau segera pulang menunda urusan bisnisnya dan melihat kondisi putrinya yang
semakin memburuk, banyak teman-teman SARAH yang mulai menjauh bahkan kolega pak
BURHAN pun tak sedikit yang memutuskan hubungan kerja. Namun pak BURHAN tetap
gigih, beliau berusaha keras untuk mengobati sakit putrinya. Akan tetapi para
dokter, tabib dan tim medis lainnya mengundurkan diri untuk menangani penyakit SARAH.
Lambat laun, harta pak BURHAN menipis
untuk biaya pengobatan SARAH yang tak kunjung sembuh, usaha telur asinnya pun
bangkrut, banyak pegawainya yang mengundurkan diri. Keluarga pak BURHAN jatuh
miskin, namun kondisi ini tak menyurutkan niat pak BURHAN tuk tetap membahagiakan SARAH. Lama-kelamaan SARAH
sadar akan sikap buruknya yang selama ini, dia berjanji akan menjadi anak yang
berbakti pada orangtua tunggalnya.
Suatu hari, SARAH memaksakan diri bekerja
di pasar, meski banyak ditolak warga namun SARAH tetap berusaha mencari
aktifitas, tiada jalan lain selain memunggut sampah-sampah pasar yang
berserakan demi mendapatkan sesuap nasi. Pekerjaan ini terus dijalaninya meski
terkadang dia merasakan sakit ketika dibentak-bentak orang yang bercecer di
pasar. Suatu ketika SARAH sibuk mengorek sampah-sampah pasar di dekat kios RAMA,
dari kejauhan RAMA tersenyum mengawasi nya iba. ternyata sekian lama perasaan
yang lama RAMA pendam pun belum padam juga meskipun melihat keadaan SARAH saat
ini, merasa gerak geriknya diawasi SARAH pun berusaha menghindar menjauh, namun
RAMA mengejarnya. RAMA yang kini telah sukses baru berani mengungkapkan
perasaannya ke SARAH, dengan berat hati SARAH pun menolaknya karena kondisinya
tak seperti dulu. RAMA tak putus asa, dia segera memberikan penjelasan kepada
pak BURHAN tentang perasaanya yang tulus pada SARAH, bahkan RAMA pun ikhlas
menerima keadaan SARAH apa adanya. Penuturannya membuat pak BURHAN terharu,
tanpa menunggu terlalu lama RAMA melamar dan secepatnya akan menikahi SARAH
yang kini berbadan dua. Akhirnya pak BURHAN bisa tersenyum bahagia melihat putrinya
bersanding dengan pemuda tampan baik akhlaknya pula untuk membimbing putrinya
menuju jalan yang benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar