Ibaratnya kalau kita menuai hasil panen,
baik buruknya harus ditelusuri dari bibit yang yang kita tanam, apakah
berkualitas unggul atau justru sebaliknya. Begitupula mengenai kaderisasi,
miris ketika melihat produktifitas kader kita lemah dari sisi kuantitas maupun
kualitasnya. Dari sinilah kita ketahui seberapa besar peran para instruktur dalam mengarahkan dan
membentuk kualitas kader, tentunya hal ini dipengaruhi oleh kualitas instruktur
pula.
Dalam momentum MASTA tasyakuran 2012 di
pulau untung jawa, penulis menemukan beberapa peserta yang belum memahami pengetahuan
seputar
IMM dengan baik. Setelah ditelusuri
penyebabnya, ternyata memang seperti itulah kondisi objektif sang
instruktur dalam mentransferkan
pemahamannya kepada para kader yang dibawahinya. “saya kira perlu adanya
penyamarataan teori dan persepsi untuk semua instruktur agar nanti tidak
menyesatkan kader yang dibimbing, dan
supaya pemahaman kader antara satu dengan yang lainnya sama”. tukas Unaimah,
salah satu dari anggota instruktur muda Ciputat.
Instruktur yang baik adalah instruktur yang faham mengenai ideologi, arah gerak dan
ruang lingkup kader, mampu membimbing dan mengarahkan kader sesuai wadah dan kemampuannya. Selain menjadi uswatun
hasanah bagi kader, sang instruktur
harus mempunyai pemahaman yang matang terkait AD ART, Trikompetensi dasar IMM
serta pendalaman seputar IMM yang lebih luas guna mencetak generasi kader yang
unggul berkualitas, berintegritas tinggi sesuai dengan cita-cita ikatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar