Kamis, 20 Oktober 2011

“Refleksi trikompetensi dasar dalam pemahaman teoritis menuju pengembangan aplikatif”


IMM merupakan salah satu organisasi kemahasiswaan  yang mengusung nama “muhammadiyah”, dimana bercirikan maksud pengikut nabi Muhammad SAW. Organisasi yang menjadi cikal bakal generasi penerus muhammadiyah ini tak ubahnya seperti organisasi-organisasi lainnya seperti HMI,PMII,GMNI dan lain-lainnya  yang mempunyai identitas dan ideologi yang jelas dan terarah. Suatu identitas pun sangatlah vital untuk bisa membedakan ciri suatu organisasi dengan organisasi lainnya, kalau kita telisik satu-persatu terlihat  HMI sebagai ormas yang condong pada politik vertikalnya, PMII yang melebarkan secara luas jaringan massanya, demikian pula IMM yang terlahir dari kelompok sosial keagamaan ini mempunyai identitas yang  jelas.
IMM yang sejatinya merupakan organisasi otonom (ortom) muhammadiyah ini pasti mempunyai sifat dan gerakan yang sama seperti halnya muhammadiyah yakni sebagai gerakan islam amar ma’ruf nahi munkar sebagaimana tertuang dalam surat ali-imran ayat 104 yang berbunyi dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada keutamaan, menyuruh kepada yang baik (ma’ruf) dan mencegah yang buruk (munkar), merekalah orang-orang yang menang (falah).
Sebagai ideologi gerakan, konsep trikompetensi dasar IMM ini mencakup tiga pilar diantaranya intelektualitas, membangun tradisi intelek dan wacana pemikiran melalui pencerahan dan pengkayaan intelektual guna terciptanya komunitas ilmiah, religiusitas, yakni penanaman nilai-nilai moral agama yang menjadi tolak ukur generasi yang berkepribadian unggul dalam moralitas, serta humanitas sebagai wadah guna melakukan aktualisasi terhadap elemen masyarakat dan pemberdayaan umat.
Namun, dewasa ini banyak ditemukan beberapa mahasiswa yang konon faham mengenai makna trikompetensi dasar IMM secara konseptual saja, memang hakikatnya pemahaman mengenai ideologi gerakan ini merupakan hal yang sangat penting. Adapun persoalan ideologi pada dasarnya merupakan pusat kajian ilmu sosial. Hingga kini sesuai pengamatan penulis, IMM Ciputat berhasil mengadakan pengkajian tentang pemahaman ideologi dalam gerakan secara rutin, bahkan kegiatan ini mendapat apresiasi dan dukungan penuh dari para kader. Namun mengingat minimnya kader ikatan yang mengimplementasikan isi dari ideologi IMM ini, maka perlu dikaji ulang agar identitas ideologi IMM ini terefleksikan dalam praksis gerakan dengan baik.
Konkretnya, konsep trikompetensi IMM memang sesuatu landasan yang nyaris sempurna dengan ketiga aspeknya yang bersifat komprehensif. Kalau kita bandingkan dengan pola gerakan  organisasi lain, jelas IMM memiliki pedoman dasar yang khas baik meliputi nilai-nilai spritualitas-intelektualitas-humanitas. Namun sangatlah tidak berarti jikalau ketiga nilai-nilai urgent ini hanya dicerna oleh pemahaman teoritis saja tanpa disertai pemahaman aplikatif dalam tatanan kehidupan sehari-hari.
Salah satu hal yang perlu dilakukan untuk mengubah paradigma berfikir kader IMM saat ini terhadap trikompetensi dasar IMM yakni memberikan arahan tujuan yang akan dicapai sekaligus memberikan arahan proses untuk mencapai tujuan seperti yang terkonsep dalam visi IMM. Selayaknya kader IMM yang identik unggul dalam segi intelektualnya, sudah seharusnya bijak dalam menelaah wacana yang ada disekitar. Korelasi trikompetensi dengan ranah aktualisasi pun harus diwujudkan sebagaimana nilai-nilai religiusitas selalu membawahi langkah pergerakan yang dilakukan, baik menyangkut pemahaman pemikiran dan realisasinya, begitupula budaya intelektualitas mahasiswa IMM yang merupakan sumber ide-ide segar serta aspirasi bagi pembaharuan dalam menyikapi tantangan dinamika kini dan polemiknya, serta nilai humanitas yang merupakan aktualisasi kader dalam mencapai tujuan dan citanya dimana ranah inilah yang menjadi pusat perjuangan kader dalam merealisasikan pilar-pilar idealitasnya atau yang dikenal manifestasi gerakan.
 Dengan demikian akan terciptanya integrasi yang baik antara visi dan misi yang akan dikembangkan sesuai dengan prinsip yang telah dibangun, terlebih cakap dalam mengaitkan nilai-nilai dasar sebagai ekspresi diri dalam mewujudkan hasil konkret (materiil) seperti yang tertera dalam cita-cita gerakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar